Salju
adalah air yang jatuh dari awan yang telah membeku menjadi padat dan seperti
hujan. Salju terdiri atas partikel uap air yang kemudian mendingin di udara
atas jatuh ke bumi sebagai kepingan empuk, putih, dan seperti kristal. Secara sederhana, kepingan salju (snowflake)
terbentuk dari 2-200 pecahan kristal salju. Kristal salju ini akan terbentuk
ketika es menempel pada serbuk pasir atau tanah yang bertebaran di dalam udara.
Kristal-kristal ini kemudian akan bergabung dan membentuk kepingan salju.
Bentuk kepingan salju itu ada bermacam-macam jenisnya, tergantung dari suhu
udara di sekitarnya saat terbentuk.
Proses terjadinya salju berawal dari uap air yang berkumpul di atmosfer Bumi. kumpulan uap
air mendingin sampai pada titik kondensasi (yaitu temperatur di mana gas
berubah bentuk menjadi cair atau padat), kemudian menggumpal membentuk awan.
Pada saat awal pembentukan awan, massanya jauh lebih kecil daripada massa udara
sehingga awan tersebut mengapung di udara – persis seperti kayu balok yang
mengapung di atas permukaan air. Namun, setelah kumpulan uap terus bertambah
dan bergabung ke dalam awan tersebut, massanya juga bertambah, sehingga pada
suatu ketika udara tidak sanggup lagi menahannya. Awan tersebut pecah dan
partikel air pun jatuh ke Bumi.
Partikel air yang jatuh itu adalah air murni (belum terkotori oleh
partikel lain). Air murni tidak langsung membeku pada temperatur 0 derajat
Celcius, karena pada suhu tersebut terjadi perubahan fase dari cair ke padat.
Untuk membuat air murni beku dibutuhkan temperatur lebih rendah daripada 0
derajat Celcius. Ini juga terjadi saat kita menjerang air, air menguap kalau
temperaturnya di atas 100 derajat Celcius karena pada 100 derajat Celcius
adalah perubahan fase dari cair ke uap. Untuk mempercepat perubahan fase sebuah
zat, biasanya ditambahkan zat-zat khusus, misalnya garam dipakai untuk
mempercepat fase pencairan es ke air.
Biasanya temperatur udara tepat di bawah awan adalah di bawah 0
derajat Celcius (temperatur udara tergantung pada ketinggiannya di atas
permukaan air laut). Tapi, temperatur yang rendah saja belum cukup untuk
menciptakan salju. Saat partikel-partikel air murni tersebut bersentuhan dengan
udara, maka air murni tersebut terkotori oleh partikel-partikel lain. Ada
partikel-partikel tertentu yang berfungsi mempercepat fase pembekuan, sehingga
air murni dengan cepat menjadi kristal-kristal es. Partikel-partikel pengotor
yang terlibat dalam proses ini disebut nukleator, selain berfungsi sebagai
pemercepat fase pembekuan, juga perekat antaruap air. Sehingga partikel air
(yang tidak murni lagi) bergabung bersama dengan partikel air lainnya membentuk
kristal lebih besar. Jika temperatur
udara tidak sampai melelehkan kristal es tersebut, kristal-kristal es jatuh ke
tanah. Dan inilah salju! Jika tidak, kristal es tersebut meleleh dan sampai ke
tanah dalam bentuk hujan air.
Pada banyak kasus di dunia ini, proses turunnya hujan selalu
dimulai dengan salju beberapa saat dia jatuh dari awan, tapi kemudian mencair saat
melintasi udara yang panas. Kadang kala, jika temperatur sangat rendah,
kristal-kristal es itu bisa membentuk bola-bola es kecil dan terjadilah hujan
es. Kota Bandung termasuk yang relatif sering mengalami hujan es. Jadi, ini
sebabnya kenapa salju sangat susah turun secara alami di daerah tropik yang
memiliki temperatur udara relatif tinggi dibanding wilayah yang sedang
mengalami musim dingin.
Warna putih pada salju merupakan hal yang menarik untuk diamati.
Konsentrasi listrik dalam kristal es lebih tinggi daripada air atau udara. Oleh
karena butiran salju berbentuk seperti prisma yang memantulkan semua warna ke
semua arah dalam jumlah yang sama, maka muncullah warna putih. Di dunia, salju biasa
terjadi pada negeri beriklim subtropis dan sedang. Namun, ada juga daerah
tropis yang bersalju, yakni di Pegunungan Jayawijaya di Papua, Indonesia.
Misteri tentang serpihan salju masih
merupakan teka-teki bagi para ilmuwan. Sampai sekarang, belum ada yang tahu
bagaimana cara menciptakan tiap-tiap kristal salju yang telah terbentuk secara
sempurna dengan 6 sisi atau 6 titik. Para ilmuwan masih penasaran dengan bentuk
kristal salju yang rata atau datar, tidak bulat seperti hujan batu es atau
titik air. Waktu proses pembentukan kristal saljupun hingga saat ini belum bisa
diketahui. Kristal salju memiliki bentuk unik. Tidak ada kristal salju yang
memiliki bentuk yang sama di dunia. Kristal salju yang turun ke bumi dalam
jumlah besar memiliki bentuk kristal yang berbeda satu sama lain.
Bentuk butiran salju dipengaruhi
oleh suhu dan kelembaban atmosfer. Hujan
salju terbentuk di atmosfer ketika tetesan air
dingin membeku menjadi partikel debu. Tergantung
pada suhu dan kelembaban udara di
mana hujan salju yang terbentuk, kristal
es yang dihasilkan akan tumbuh
menjadi berbagai bentuk berbeda.
Wilson Bentley (1865 - 1931) dari Jericho, Vermont adalah
orang pertama
yang mengambil foto dari butiran
salju melalui penggunaan mikroskop yang
melekat pada kameranya. Dengan koleksi 5.000
gambar butiran salju,dia memperkenalkan pada
banyak orang tentang keragaman luar
biasa dari kristal salju. Pada tahun 1951, ilmuwan
dari organisasi yang sekarang
disebut International Association of Cyrospheric Sciences (IACS) merancang
sistem klasifikasi yang mengkarakterisasikan butiran
salju menjadi sepuluh bentuk
dasar. Bentuk ini termasuk bentuk bintang yang sudah umum orang tahu dan bentuk
aneh seperti kolom yang dibatasi.Sistim klasifikasi IACS ini masih digunakan sampai sekarang meskipun
ada sistem klasifikasi yang lebih kompleks
lainnya.
Kenneth Libbrecht, Profesor Fisika di Institut Teknologi California, telah
membuat pengamatan yang
luas tentang bagaimana molekul
air bisa dimasukkan ke dalam kristal salju. Dalam
penelitiannya, ia telah mengamati bahwa pola butiran
salju paling rumit bisa
terbentuk ketika ada kelembaban di
udara.Butiran salju yang
terbentuk dalam kondisi kering cenderung
memiliki bentuk sederhana. Menurut penelitian Libbrecht,suhu juga memiliki dampak
yang besar terhadap pembentukan butiran
salju.Butiran salju yang memiliki bentuk piring kristal sederhana dan
kolom terbentuk pada suhu
di bawah - 22 derajat Celcius (- 7,6 derajat Fahrenheit)
sedangkan butiran salju dengan pola percabangan yang
luas terbentuk dalam suhu
hangat.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. 17 Macam Bentuk Salju. [Edisi Online] http://hermawayne.blogspot.com diakses 14 Desember 2014 pukul 01.24 PM
Prihatin, Sigit. 2014. Bagaimana Salju Mendapatkan Bentuk
Uniknya?. [Edisi Online] http://astronesia.blogspot.com diakses 14
Desember 2014 pukul 01.31 PM
Rusydi, Febdian. 2007. Salju, Fenomena Alam yang Menakjubkan : Cintaku Sehangat
Salju. [Edisi Online] http://www.fisikanet.lipi.go.id diakses 14 Desember 2014 pukul 01.15 PM
Sephia, Dian. 2012. Proses
Terjadinya Hujan Salju. [Edisi Online] http://dianmniz.blogspot.com diakses 14 Desember 2014 pukul 01.02 PM
terimakaasih atas infonya.. ternyata salju yang terlihat sesederhana itu memiliki bentuk yang berbda.. hal ini menandakan bahwa kekuasaan Allah memang tiada batasnya.. ini dapat menambah pengetahuan pembaca
BalasHapusArtikelnya menarik dan semoga bermanfaat, terima kasih :)
BalasHapusartikelnya menarik dan bermanfaat. dapat menambah pengetahuan
BalasHapusterimakasih :)
infonya menarik sekali ,, terima kasih karena telah menambah wawasan kepada saya :)
BalasHapuskristal es selalu menakjubkan ya gan, strukturnya yang cantik selalu menarik untuk dibicarakan.. makasih infonya gan.. keep update ya :D
BalasHapusartikelnya sangat menarik dan mudah dipahami kak , terima kasih
BalasHapus