Sumber : http://ggg-ezp09.blogspot.com
Beberapa bahan yang ada di alam, seperti
uranium, apabila direaksikan dengan neutron, akan mengalami reaksi pembelahan
dan menghasilkan energi yang dapat digunakan untuk memanaskan air hingga
menjadi uap. Selanjutnya uap tersebut dapat digunakan untuk memutar turbin dan
menghasilkan listrik. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir komersial yang pertama
adalah Reaktor Magnox, yang dibangun pada tahun 1950-an di Inggris.
Sedangkan penggunaan radioisotop secara
sengaja untuk suatu tujuan tertentu dilakukan oleh George du Hevesy pada tahun
1911. Pada saat itu, ia masih berstatus seorang pelajar yang sedang meneliti
bahan radioaktif alam. Karena berasal dari luar kota dan dari keluarga yang
sederhana ia tinggal di suatu asrama yang sekaligus menyajikan makanan pokok
sehari-hari. Pada suatu ketika, ia curiga bahwa makanan yang disajikan dicampur
dengan makanan sisa dari hari sebelumnya, tetapi ia tidak bisa membuktikan kecurigaannya
itu. Untuk itu ia menaruh sejumlah kecil bahan radioaktif kedalam makanan yang
sengaja tidak dihabiskannya. Keesokan harinya ketika makanan yang jenisnya sama
disajikan, ia melakukan pemeriksaan makanan tersebut dengan menggunakan
peralatan deteksi radiasi yang sederhana, dan ternyata ia mendeteksi adanya
radioisotop dalam makanan yang dicurigainya. Mulai saat itulah ia mengembangkan
penggunaan bahan radioaktif sebagai suatu perunut (tracer) untuk
berbagai macam keperluan.
Semua pembangkit tenaga listrik, termasuk
PLTN, mempunyai prinsip kerja yang relatif sama. Bahan bakar (baik yang berupa
batu bara, gas ataupun uranium) digunakan untuk memanaskan air yang akan
menjadi uap. Uap memutar turbin dan selanjutnya turbin memutar suatu generator
yang akan menghasilkan listrik.
Perbedaan yang mencolok adalah bahwa PLTN
tidak membakar bahan bakar fosil, tetapi menggunakan bahan bakar dapat belah
(bahan fisil). Di dalam reaktor, bahan fisil tersebut direaksikan dengan
neutron sehingga terjadi reaksi berantai yang menghasilkan panas. Panas yang
dihasilkan digunakan untuk menghasilkan uap air bertekanan tinggi, kemudian uap
tersebut digunakan untuk menggerakkan turbin. Dengan digunakannya bahan fisil,
berarti tidak menghasilkan CO2, hujan asam, ataupun gas beracun
lainnya seperti jika menggunakan bahan bakar fosil.
Dibandingkan pembangkit listrik lainnya,
PLTN mempunyai faktor keselamatan yang lebih tinggi. Hal ini ditunjukkan oleh
studi banding kecelakaan yang pernah terjadi di semua pembangkit listrik. Secara
statistik, kecelakaan pada PLTN mempunyai persentase yang jauh lebih rendah
dibandingkan yang terjadi pada pembangkit listrik lain. Hal tersebut disebabkan
karena dalam desain PLTN, salah satu filosofi yang harus dipunyai adalah adanya
“pertahanan berlapis” (defence in-depth). Dengan kata lain, dalam PLTN
terdapat banyak pertahanan berlapis untuk menjamin keselamatan manusia dan
lingkungan. Jika suatu sistem operasi mengalami kegagalan, maka masih ada
sistem cadangan yang akan menggantikannya. Pada umumnya, sistem cadangan berupa
suatu sistem otomatis pasif. Disamping itu, setiap komponen yang digunakan
dalam instalasi PLTN telah didesain agar aman pada saat mengalami kegagalan,
sehingga walaupun komponen tersebut mengalami kegagalan, maka kegagalan tersebut
tidak akan mengakibatkan bahaya bagi manusia dan lingkungannya.
Dari sisi sumber daya manusia, personil
yang mengoperasikan PLTN harus memenuhi persyaratan yang sangat ketat, dan
wajib mempunyai sertifikat sebagai operator reaktor yang dikeluarkan oleh Badan
Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN). Untuk mendapatkan sertifikat tersebut, mereka
harus mengikuti dan lulus ujian pelatihan. Sertifikat tersebut berlaku untuk
jangka waktu tertentu dan setelah lewat masa berlakunya maka akan dilakukan
pengujian kembali.
Daya yang dibangkitkan per unit pembangkit
berkisar dari 40 MWe hingga 1000 MWe. Unit baru yang sedang dibangun pada tahun
2005 mempunyai daya 600-1200 MWe.Hingga tahun 2005 terdapat 443 PLTN berlisensi
di dunia, dengan 441 diantaranya beroperasi di 31 negara yang berbeda.Pada
Nopember 2005, di seluruh dunia terdapat 441 buah pembangkit listrik tenaga
nuklir yang beroperasi di 31 negara, menghasilkan tenaga listrik sebesar lebih
dari 363 trilyun watt. Reaktor yang dalam tahap pembangunan sebanyak 30 buah
dan 24 negara (termasuk 6 negara yang belum pernah mengoperasikan reaktor
nuklir) merencanakan untuk membangun 104 reaktor nuklir baru. Saat ini energi
listrik yang dihasilkan PLTN menyumbang 16% dari seluruh kelistrikan dunia,
yang secara kuantitatif jumlahnya lebih besar dari listrik yang dihasilkan di
seluruh dunia pada tahun 1960.
Negara-negara di Eropa merupakan negara
yang paling tinggi persentase ketergantungannya pada energi nuklir. Perancis,
Lithuania dan Slovakia merupakan tiga negara yang memiliki ketergantungan
listrik pada energi nuklir yang tinggi, yaitu masing-masing sebesar 78%, 72%
dan 55%.
DAFTAR PUSTAKA
menurutmu nuklir itu cocok ndak sis klo digunakan d Indonesia??
BalasHapusartikelnya bagus..
Wah artikelnya bagus, memberikan informasi lebih, dan artikelnya layak untuk dipublikasikan. terima kasih :D
BalasHapuspro dan kotra terus berdatangan dibalik PLTN di Indonesia ya gan.. menurut peribahasa "negara maju adalah negara yang berani beralih ke PLTN".. karena penanganan dari PLTN juga harus cepat, tepat, dan dana yang besar.. keep update ya gan.. makasih infonya :D
BalasHapusPLTN masih menimbulkan bahaya terutama bahaya radiasi. sebaiknya kita gunakan energi yang aman,
BalasHapusinformasi yang bagus. terimakasih ya. ditunggu artikel-artikel lainnya.
BalasHapusArtikelnnya menarik sekali.. Menambah wawawan... Daftar pustakanya lengkap lagi, siip. Lanjutkan menulis! :)
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusartikelnya menarik... jadi tambah pengetahuan tentang PLTN nih... terimakasih infonya...
BalasHapus